Jumat, 18 Januari 2019

URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA


 A. Latar Belakang

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya (Safroedin Bahar, 1998). “Mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Menurut wriggins (1992), integrase berarti penyatuan bangsa – bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat – masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.

Integrasi merupakan salah satu fungsi identintas nasional yang diharapkan mampu menyatukan segenap elemen bangsa yang bernaung dibawah pemerintahan negara. Dengan menyatukan suatu bangsa berarti mengintegrasikaan masyarakat bangsa itu. Salah satu contoh media pengintegrasi bangsa yaitu bahasa nasional yang digunakan secara bersama sebagai sarana komunikasi yang efektif.
Integrasi nasional ini mengindikasikan adanya suatu kekuatan yang menggerakkan tiap-tiap individu untuk dapat hidup bersama sebagai kesatuan / kelompok (bangsa, Negara). Dengan integrasi yang Tangguh yang tercermin dalam rasa cinta, bangga, hormat, serta loyalitas kepada Negara.

A.     Makna Dan Urgensi Integrasi Nasional
a.         Makna integrasi nasional
Secara terminologi integrasi nasional memiliki arti keragaman pengertian sebagai suatu istilah yang telah di hubungkan dengan konteks tertentu konsep integrasi nasional di hubungkan dengan konteks tertentu dan umumnya di kemukakan oleh para ahli.  pengertian integrasi nasional menurut para ahli adalah :
Nama
Pengertian integrasi nasional
Saafroedin Bahar (1996)
Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.
Riza Noer Arfani (2001)
Pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok social dan budaya kedalam suatu wilayah.
Djulliati Suroyo (2002)
Bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat.
Ramlan Surbakti (2010)
Proses penyatuan berbagai kelompok suatu budaya dalam satu kesatuan wilayah dalam suatu identitias nasional.

            Menurut istilah integrasi nasional terdiri dari dua kata yaitu “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan dan “nation” yang artinya bangsa. Jadi integrasi itu adalah bangsa yang sempurna jika bersatu. Atau dengan kata lain integrasi nasional adalah bangsa seabagai suatu persekutuan dari orang orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah, dan di bawah satu kekuasaan politik.
a.         Jenis Jenis Integrasi
Menurut Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010) istilah integrasi politik lebih cocok di banding integrasi nasional. Menurut nya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik yang terbagi menajdi 5 yaitu :
1.    Integrasi bangsa merujuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam suatu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional.
2.    Integrasi wilayah merujuk pada masalah pembentukan wewenang kekuuasaan nasional pusat di atas unit unit nasional yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok kelompok sosial budaya masyarakat  tertentu .
3.    Integrasi elit  masa merujuk pada masalah penghubungan antara pemerintah dengan yang di perintah, mendekatkan perbedaan perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan masa.
4.    Integrasi nilai merujuk pada adanya consensus tehrhadap nilai yang minimum yang di perlukan dalam memelihara tertib sosial.
5.    Integrasi tingkah laku merujuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang di terima demi mencapai tujuan bersama.
Menurut Suroyo (2002) integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas, soial budaya, atau latar belakang ekonomi , menjadi suatu bangsa (nation) terutama karna pengalaman sejarah dan poltik yang relatif sama. Aspek yang relatif sama yakni politik ekonomi dan sosial budaya.
1.         Integrasi politik di bagi menjadi veritkal yang berarti menyangkut hubungan elit dan masa, baik antara elit politik dengan masa pengikut atau antara penguasa dan rakyat guna menjembatani celaah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik yang partisipatif, sedangkan horizontal berarti menyangkut hubungan yang berkaitan dengan masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama, dan golongan masyarakat
2.         Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat.
3.         Integrasi sosial budaya merupakan proses penyesuaian unsur unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur unsur tersebut meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem, nilai, dan lain sebagainya.
b.        Urgensi Integrasi Nasional  
Urgensi integrasi nasional adalah sebagai penyatu bagian bangsa yang berbeda beda menjadi satu kesatuan yang utuh untuk membentuk suatu bangsa, contohnya saja di Indonesia, di perlukan adanya keadilan dan kebijakan dengan tidak mebeda bedakan suku, agama, ras dan antar golongan satu dengan yang lain yang membangun dan membina stabilitas politik di Indonesia agar tercapainya suatu kesatuan, persatuan bangsa yang berdaulat, adil dan makmur.


B. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK TENTANG INTEGRASI NASIONAL
1. Perkembangan sejarah integrasi integrasi di Indonesia
            Menurut Suroyo (2002), sejarah menjelaskan bahwa bangsa kita sudah mengalami pembangunan integrasi sebelum negara Indonesia merdeka. Menurut Suroyo terdapat tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia yaitu model integrasi imperium majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi nasional Indonesia.
a.       Model Integrasi Imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan saudarasaudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).
b.      Model Integrasi Kolonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti. Integrasi model kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.
c.       Model Integrasi Nasional
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun sebelumnya ada integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda dengan model kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial dan penguasaan wilayah.
Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan organisasi-organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi perdagangan dan kelompok perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan bersama. Misalnya, Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal dari Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.
 
Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilalui dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)        Masa Perintis
Masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan munculnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2)        Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beraneka ragam tersebut menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
3)        Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938 mengusulkan Indonesia Berparlemen. Namun, perjuangan menuntut Indonesia merdeka tersebut tidak berhasil.
4)        Masa Pendobrak
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan. Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan sederajat dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern.
Dari sisi politik, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan pernyatan bangsa Indonesia baik ke dalam maupun ke luar bahwa bangsa ini telah merdeka, bebas dari belenggu penjajahan, dan sederajat dengan bangsa lain di dunia. Dari sisi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan “revolusi integratifnya” bangsa Indonesia, dari bangsa yang terpisah dengan beragam identitas menuju bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia.


 Menagapa perlunya Integrasi Nasional
 
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama. Yang dimana terdapat banyak suku bangsa di  Indonesia yang pastinya  memiliki  budaya yang berbeda beda. Hal itu menjadikan Indonesia menjadi negara yang mulltikultural/plural yang rawan sekali terjadi konflik apabila tidak adanya rasa toleransi dan persatuan kesatuan (Integrasi) seperti contoh terjadinya pertengkaran anatar suku, saling fttnah memfitnah pemimpin yang bercorak keagamaan, pembakaran tempat tempat ibadah dsb. Selain itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Kedua hal itulah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan walaupun masih banyak factor lainnya. Upaya integrasi masih terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya Bhinneka Tunggal Ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.
Maka dari itu Integrasi Nasional sangat penting bagi bangsa Indonesia maupun bangsa di dunia karena Integrasi adalah suatu cara mnyatukan perbedaan yang ada dalam suatu negara  yang terdapat berbagai macam perbedaan seperti Di Indonesia.Dan apabila Integrasi nasional itu tidak berjalan maka dipastikan Negara tersebut akan hancur dari dalam karena dihancurkan oleh bangsanya sendiri, baik berupa perang saudara, konflik antar suku. Dsb. Seperti yang terjadi di Suriah yang dimana disana akibat integrasi kurang mengakibatkan perang saudara Panjang hanya karena perbedaan 2 madzab yaitu Syiah dan Sunni yang memicu perang saudara itu sampai sekarang. Maka dari Integrasi sangat diperlukan bagi suatu negara seperti Indonesia guna mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara, Menjaga nasionalisme setiap warga negara , menghindari perang saudara dsb. Agar terciptanya Masyarakat damai dan rukun karena telah bertoleransi dan sadar akan pentingnya Integrasi.

A.    Membangun argumentasi tentang dinamika dan tantangan integrasi nasional
1.      Dinamika integrasi nasional di Indonesia
Sejak kita bernegara tahun 1945, upaya membangun integrasi secara terus-menerus dilakukan. Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di Indonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu.
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiswa integrasi berdasar  5 (lima) jenis integrasi sebagai berikut: 
a. Integrasi bangsa
Perdamaian dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.
b. Integrasi Wilayah
Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di Indonesia. 
c.       Integrasi nilai
Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia merupakan nilai integratif? Jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda.
d.      Integrasi elit-massa
Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional. Berikut ini contoh peristiwa yang terkait dengan dinamika integrasi elit massa. Pembuatan undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat IndonesiaMengikutsertakan masyarakat dalam membuat segala peraturan yang berlaku di Indonesia
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan lembagalembaga politik dan pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang teratur, sistematis, dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal 19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas kementerian dan delapan provinsi di Indonesia.
2. Tantangan dalam membangun integrasi
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam integrasi horizontal di Indonesia.
Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan.
Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh adanya tarikan global di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatanikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin berat.
Maka dari itu semua dinamika dan tantangan harus bisa dilewati untuk terciptanya Integrasi nasional bagi bangsa Indonesia dengan cara bagi dimensi vertical yaitu para pemimpin / penguasa harus selalu berhubungan dengan rakyat dan menyejahterakannya dengan muncul nya berbagai macam fasilitas seperti fasilitas kesehatan, Pendidikan, dsb yang dimana itu semua berpengaruh bagi rakyat agar bisa menjadi rakyat yang kritis dan cerdas dalam memajukan bangsa Indonesia. Lalu dengan cara bagi dimensi horizontal adalah dengan memupuk kesadaran warga negara bahwa pentingnya integrasi nasional untuk membentuk negara yang kuat dan bersatu dengan cara menghilangkan sifat kesukuannya seperti primordialisme,chauvinisme,etnosentrisme dsb untuk memupuk rasa toleransi terhadap sesama suku lainnya agar terciptanya integrasi nasional.itulah cara mengatasi bermacam macam dinamika dan tantangan yang harus dihadapi demi terciptanya integrasi nasional.Jadi kita sebagai mahasiswa/i sudah seharusnya memupuk rasa toleransi terhadap berbeda beda suku dan juga harus menghilangkan sifat kesukuan yang fanatic yang bisa memicu timbulnya konflik. Dan juga kita sebagai mahasiswa/i harus terus belajar dan mengasah diri lagi agar mampu menjadi generasi penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin Indonesia kelak yang bertugas sebagai pemersatu bangsa Indonesia melalui integrasi.

KESIMPULAN

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya persatuan dan kesatuan secara nasional. Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan identitas bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun persatuan bangsa. Apabila Masyarakat sadar bahwa mereka harus bersatu dengan menghilangkan rasa kesukuan mereka dan juga bertoleransi dengan sesama suku lainnya maka semakin mudah integrasi nasional. Apabila integrasi nasional sudah dilaksanakan maka segala perpecahan ataupun konflik menjadi berkurang atau tidak ada sama sekali yang akan membuat negara semakin mudah dalam mengendalikan negara dan lebih focus kepada pengembangan negara menjadi negara maju.








Sumber Utama: Makalah URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA (Prodi Pendidikan Sejarah 1B FKIP UHAMKA)
Website:
Buku:
Juliardi, Budi. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo   Persada
Narmoatmojo,Winarno (et.al) . Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Ombak.
Nurwawardani, Paristiyanti (et.al).Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Ristekdikti




Tidak ada komentar:

Posting Komentar