A. Latar Belakang
Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu
bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya (Safroedin Bahar, 1998).
“Mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan
menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Menurut wriggins (1992),
integrase berarti penyatuan bangsa – bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat –
masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.
Integrasi merupakan salah satu
fungsi identintas nasional yang diharapkan mampu menyatukan segenap elemen
bangsa yang bernaung dibawah pemerintahan negara. Dengan menyatukan suatu
bangsa berarti mengintegrasikaan masyarakat bangsa itu. Salah satu contoh media
pengintegrasi bangsa yaitu bahasa nasional yang digunakan secara bersama
sebagai sarana komunikasi yang efektif.
Integrasi nasional ini
mengindikasikan adanya suatu kekuatan yang menggerakkan tiap-tiap individu
untuk dapat hidup bersama sebagai kesatuan / kelompok (bangsa, Negara). Dengan
integrasi yang Tangguh yang tercermin dalam rasa cinta, bangga, hormat, serta
loyalitas kepada Negara.
A.
Makna Dan Urgensi Integrasi
Nasional
a.
Makna
integrasi nasional
Secara terminologi integrasi nasional memiliki arti keragaman
pengertian sebagai suatu istilah yang telah di hubungkan dengan konteks
tertentu konsep integrasi nasional di hubungkan dengan konteks tertentu dan
umumnya di kemukakan oleh para ahli. pengertian
integrasi nasional menurut para ahli adalah :
Nama
|
Pengertian integrasi nasional
|
Saafroedin
Bahar (1996)
|
Upaya
menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.
|
Riza
Noer Arfani (2001)
|
Pembentukan
suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok social dan budaya
kedalam suatu wilayah.
|
Djulliati
Suroyo (2002)
|
Bersatunya
suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang
berdaulat.
|
Ramlan
Surbakti (2010)
|
Proses
penyatuan berbagai kelompok suatu budaya dalam satu kesatuan wilayah dalam
suatu identitias nasional.
|
a.
Jenis
Jenis Integrasi
Menurut Myron Weiner dalam Ramlan
Surbakti (2010) istilah integrasi politik lebih cocok di banding integrasi
nasional. Menurut nya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan
sistem politik yang terbagi menajdi 5 yaitu :
1.
Integrasi
bangsa merujuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
suatu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional.
2.
Integrasi
wilayah merujuk pada masalah pembentukan wewenang kekuuasaan nasional pusat di
atas unit unit nasional yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok kelompok
sosial budaya masyarakat tertentu .
3.
Integrasi
elit masa merujuk pada masalah
penghubungan antara pemerintah dengan yang di perintah, mendekatkan perbedaan
perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan masa.
4.
Integrasi
nilai merujuk pada adanya consensus tehrhadap nilai yang minimum yang di
perlukan dalam memelihara tertib sosial.
5.
Integrasi
tingkah laku merujuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang di
terima demi mencapai tujuan bersama.
Menurut Suroyo (2002) integrasi
nasional mencerminkan proses persatuan orang orang dari berbagai wilayah yang
berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas, soial budaya, atau
latar belakang ekonomi , menjadi suatu bangsa (nation) terutama karna
pengalaman sejarah dan poltik yang relatif sama. Aspek yang relatif sama yakni
politik ekonomi dan sosial budaya.
1.
Integrasi
politik di bagi menjadi veritkal yang berarti menyangkut hubungan elit dan
masa, baik antara elit politik dengan masa pengikut atau antara penguasa dan
rakyat guna menjembatani celaah perbedaan dalam rangka pengembangan proses
politik yang partisipatif, sedangkan horizontal berarti menyangkut hubungan
yang berkaitan dengan masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat
beragama, dan golongan masyarakat
2.
Integrasi
ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidup rakyat.
3.
Integrasi
sosial budaya merupakan proses penyesuaian unsur unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur unsur tersebut meliputi ras,
etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem, nilai, dan lain sebagainya.
b.
Urgensi
Integrasi Nasional
Urgensi
integrasi nasional adalah sebagai penyatu bagian bangsa yang berbeda beda
menjadi satu kesatuan yang utuh untuk membentuk suatu bangsa, contohnya saja di
Indonesia, di perlukan adanya keadilan dan kebijakan dengan tidak mebeda
bedakan suku, agama, ras dan antar golongan satu dengan yang lain yang
membangun dan membina stabilitas politik di Indonesia agar tercapainya suatu
kesatuan, persatuan bangsa yang berdaulat, adil dan makmur.
B. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK TENTANG INTEGRASI NASIONAL
1. Perkembangan sejarah integrasi integrasi di Indonesia
Menurut Suroyo
(2002), sejarah menjelaskan bahwa bangsa kita sudah mengalami pembangunan
integrasi sebelum negara Indonesia merdeka. Menurut Suroyo terdapat tiga model
integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia yaitu model
integrasi imperium majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi
nasional Indonesia.
a.
Model
Integrasi Imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini
bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu
luas ini berstruktur konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu
wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung
oleh raja dan saudarasaudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa
(mancanegara dan pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris
ketiga (tanah sabrang) adalah negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin
hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja,
Ayudyapura (Thailand).
b.
Model
Integrasi Kolonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan
integrasi atas wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX
dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial
mampu membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai maritim, sedang
integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui
jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak
memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain pemerintah tidak
memiliki dukungan massa yang berarti. Integrasi model kolonial ini tidak mampu
menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud
menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.
c.
Model
Integrasi Nasional
Model integrasi ketiga ini merupakan proses
berintegrasinya bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun
sebelumnya ada integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda
dengan model kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan
(Hindia Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi
kolonial dan penguasaan wilayah.
Integrasi model ketiga
dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang
merdeka, memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran
kebangsaan yang baru.
Model integrasi nasional
ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa khususnya pada diri
orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai dampak dari politik
etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan organisasi-organisasi
pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik,
ekonomi perdagangan dan kelompok perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai
menyadari bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih
kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan sederajat dengan
bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa yang
merasa sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan
bersama. Misalnya, Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal dari
Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.
Dalam sejarahnya,
penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilalui dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1)
Masa Perintis
Masa perintis adalah
masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui pembentukan
organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan munculnya pergerakan
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
2)
Masa Penegas
Masa penegas adalah
masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri bangsa Indonesia yang
ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan Sumpah
Pemuda, masyarakat Indonesia yang beraneka ragam tersebut menyatakan diri
sebagai satu bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia.
3)
Masa Percobaan
Bangsa Indonesia
melalui organisasi pergerakan mencoba meminta kemerdekaan dari Belanda.
Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik
Indonesia) tahun 1938 mengusulkan Indonesia
Berparlemen. Namun, perjuangan menuntut Indonesia merdeka tersebut tidak
berhasil.
4)
Masa Pendobrak
Pada masa tersebut
semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah berhasil mendobrak belenggu
penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan. Kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu bangsa Indonesia
menjadi bangsa merdeka, bebas, dan sederajat dengan bangsa lain. Nasionalisme
telah mendasari bagi pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern.
Dari sisi politik,
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan pernyatan bangsa Indonesia
baik ke dalam maupun ke luar bahwa bangsa ini telah merdeka, bebas dari
belenggu penjajahan, dan sederajat dengan bangsa lain di dunia. Dari sisi
sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan “revolusi
integratifnya” bangsa Indonesia, dari bangsa yang terpisah dengan beragam
identitas menuju bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia.
Menagapa perlunya Integrasi Nasional
Integrasi
nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat
dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional
sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara
yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Indonesia
sangat dikenal dengan keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama. Yang dimana
terdapat banyak suku bangsa di Indonesia
yang pastinya memiliki budaya yang berbeda beda. Hal itu menjadikan
Indonesia menjadi negara yang mulltikultural/plural yang rawan sekali terjadi
konflik apabila tidak adanya rasa toleransi dan persatuan kesatuan (Integrasi)
seperti contoh terjadinya pertengkaran anatar suku, saling fttnah memfitnah pemimpin
yang bercorak keagamaan, pembakaran tempat tempat ibadah dsb. Selain itu,
adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat
Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat
upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh
globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Kedua hal itulah
yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan walaupun masih banyak factor
lainnya. Upaya integrasi masih terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu
kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya Bhinneka Tunggal Ika.
Adanya upaya
mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus diakui dan
dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya.
Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia,
masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga
tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.
Maka dari itu
Integrasi Nasional sangat penting bagi bangsa Indonesia maupun bangsa di dunia
karena Integrasi adalah suatu cara mnyatukan perbedaan yang ada dalam suatu
negara yang terdapat berbagai macam perbedaan
seperti Di Indonesia.Dan apabila Integrasi nasional itu tidak berjalan maka
dipastikan Negara tersebut akan hancur dari dalam karena dihancurkan oleh
bangsanya sendiri, baik berupa perang saudara, konflik antar suku. Dsb. Seperti
yang terjadi di Suriah yang dimana disana akibat integrasi kurang mengakibatkan
perang saudara Panjang hanya karena perbedaan 2 madzab yaitu Syiah dan Sunni
yang memicu perang saudara itu sampai sekarang. Maka dari Integrasi sangat
diperlukan bagi suatu negara seperti Indonesia guna mempersatukan perbedaan
perbedaan yang ada pada suatu negara, Menjaga nasionalisme setiap warga negara
, menghindari perang saudara dsb. Agar terciptanya Masyarakat damai dan rukun
karena telah bertoleransi dan sadar akan pentingnya Integrasi.
A.
Membangun
argumentasi tentang dinamika dan tantangan integrasi nasional
1.
Dinamika integrasi nasional di Indonesia
Sejak kita bernegara tahun 1945,
upaya membangun integrasi secara terus-menerus dilakukan. Terdapat banyak
perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di Indonesia. Dinamika
integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu.
Dinamika itu bisa kita contohkan
peristiswa integrasi berdasar 5 (lima)
jenis integrasi sebagai berikut:
a. Integrasi bangsa
Perdamaian dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan
bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil
menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai
2005.
b. Integrasi Wilayah
Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13
Desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia
yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan
titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan
deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah
Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah
pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di Indonesia.
c.
Integrasi nilai
Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia
merupakan nilai integratif? Jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan
Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan, misalnya, melalui
kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan tinggi dan
mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui
kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila
sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada
generasi muda.
d.
Integrasi elit-massa
Dinamika integrasi elit–massa
ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai
kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden.
Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi
vertikal integrasi nasional. Berikut ini contoh peristiwa yang terkait dengan
dinamika integrasi elit massa. Pembuatan
undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat IndonesiaMengikutsertakan
masyarakat dalam membuat segala peraturan yang berlaku di Indonesia
e. Integrasi tingkah laku (perilaku
integratif).
Mewujudkan perilaku integratif
dilakukan dengan pembentukan lembagalembaga politik dan pemerintahan termasuk
birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang dapat
bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang teratur,
sistematis, dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi di
Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yakni
memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal 19 Agustus 1945
memutuskan pembentukan dua belas kementerian dan delapan provinsi di Indonesia.
2. Tantangan dalam membangun integrasi
Dalam upaya mewujudkan integrasi
nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan
vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada berkenaan dengan
pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi.
Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah
perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan
menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan
tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul
ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini
memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol
daripada dimensi vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal
ini, salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk
Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme
yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada
beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras),
bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
Masih besarnya ketimpangan dan
ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dapat menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras,
dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk
rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam integrasi horizontal di Indonesia.
Terkait dengan dimensi vertikal,
tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia
berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun
kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan.
Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh
adanya tarikan global di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu
sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikian
keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar
berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara bangsa, dan
tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatanikatan yang sempit
seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan
keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin berat.
Maka dari itu semua
dinamika dan tantangan harus bisa dilewati untuk terciptanya Integrasi nasional
bagi bangsa Indonesia dengan cara bagi dimensi vertical yaitu para pemimpin /
penguasa harus selalu berhubungan dengan rakyat dan menyejahterakannya dengan
muncul nya berbagai macam fasilitas seperti fasilitas kesehatan, Pendidikan,
dsb yang dimana itu semua berpengaruh bagi rakyat agar bisa menjadi rakyat yang
kritis dan cerdas dalam memajukan bangsa Indonesia. Lalu dengan cara bagi
dimensi horizontal adalah dengan memupuk kesadaran warga negara bahwa
pentingnya integrasi nasional untuk membentuk negara yang kuat dan bersatu
dengan cara menghilangkan sifat kesukuannya seperti primordialisme,chauvinisme,etnosentrisme
dsb untuk memupuk rasa toleransi terhadap sesama suku lainnya agar terciptanya
integrasi nasional.itulah cara mengatasi bermacam macam dinamika dan tantangan
yang harus dihadapi demi terciptanya integrasi nasional.Jadi kita sebagai
mahasiswa/i sudah seharusnya memupuk rasa toleransi terhadap berbeda beda suku
dan juga harus menghilangkan sifat kesukuan yang fanatic yang bisa memicu
timbulnya konflik. Dan juga kita sebagai mahasiswa/i harus terus belajar dan
mengasah diri lagi agar mampu menjadi generasi penerus bangsa yang akan menjadi
pemimpin Indonesia kelak yang bertugas sebagai pemersatu bangsa Indonesia
melalui integrasi.
KESIMPULAN
Sumber Utama: Makalah URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA (Prodi Pendidikan Sejarah 1B FKIP UHAMKA)
Website:
Buku:
Juliardi, Budi. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Narmoatmojo,Winarno
(et.al) . Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Ombak.
Nurwawardani,
Paristiyanti (et.al).Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi.Jakarta: Ristekdikti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar